Rabu, 15 April 2015



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Sejarah Dublin Core
 "Dublin dalam nama mengacu pada Dublin, Ohio , Amerika Serikat  di mana awal mula berasal dari lokakarya  (OCLC / NCSA artikel Workshop ) yang diselenggarakan pada tahun 1995 oleh Perpustakaan Pusat Komputer Online, Event tersebut adalah sebuah konsorsium perpustakaan yang berbasis di sana. (NCSA is the National Center for Supercomputing Applications .) (NCSA adalah National Center for Supercomputing Applications .). 
"Core" mengacu pada sebuah kenyataan bahwa elemen metadata yang ditetapkan merupakan dasar Semantik dari Dublin Core didirikan dan dikelola oleh sebuah komunitas, disiplin kelompok internasional profesional dari pustakawan, ilmu komputer, encoding teks, museum, dan bidang terkait lainnya dari beasiswa dan praktek.
Dublin Core Metadata Initiative ( DCMI ) didirikan sebagai badan independen (memisahkan dari OCLC) pada tahun 2008 yang menyediakan forum terbuka bagi pengembangan interoperable online standar metadata untuk berbagai tujuan dan model bisnis. DCMI kegiatan meliputi kelompok-kelompok kerja konsensus-driven, konferensi global dan lokakarya, penghubung standar, dan upaya pendidikan untuk meningkatkan penerimaan luas standar metadata dan praktek.







BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Dublin Core
Dublin Core adalah set metadata unsur yang menyediakan sekelompok kecil elemen teks melalui sebagian besar sumber daya yang dijelaskan dengan katalog.  Metadata Dublin Core dapat menggambarkan sumber daya fisik seperti buku , bahan digital seperti video , suara , gambar , atau teks file, dan media komposit seperti halaman web . Metadata catatan berdasarkan Dublin Core dimaksudkan untuk digunakan pada domain informasi silang sumber daya deskripsi dan telah menjadi standar dalam bidang ilmu perpustakaan dan ilmu komputer . Implementasi dari Metadata Dublin Core biasanya menggunakan XML dan Sumber Daya Deskripsi Framework berbasis internet.

Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
1.       Title : judul dari sumber informasi.
2.      Creator : pencipta sumber informasi.
3.      Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi.
4.      Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian.
5.      Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi.
6.       Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi.
7.       Date : tanggal penciptaan sumber informasi.
8.      Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya.
9.      Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi.
10.  Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs.
11.  Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi.
12.  Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi.
13.  Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
14.  Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu.
15.  Rights : pemilik hak cipta sumber informasi.
Elemen- elemen diatas masih dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan sehingga informasi yang disajikan dapat benar- benar “qualified”. Peningkatan peringkat dalam hasil pencarian search engine adalah manfaat utama menggunakan metadata dari sudut pandang perancang web, hasil pencarian yang lebih relevan adalah manfaat bagi pengguna.
Tujuan mereka adalah mengembangkan standar yang memungkinkan pengindekan, katalog dan pelestarian informasi digital.  Pada tahun 1995 Dublin Core Initiative mulai mengembangkan standar untuk penemuan sumber daya elektronik di World Wide Web. Standar-standar ini sengaja dibuat sederhana dan fleksibel, sehingga penulis dapat memberikan metadata sendiri.  Para Blogger biasanya menempatkan metatags ditempatkan dalam bagian HEAD pada HTML code dari suatu halaman web. The Dublin Core nama elemen yang didahului oleh 'DC'. Adapun peletakan

B.   Tujuan Dublin Core  
Tujuan Dublin Core adalah mengembangkan standar yang memungkinkan pengindekan, katalog dan pelestarian informasi digital. Dublin Core Initiative mulai mengembangkan standar untuk penemuan sumber daya elektronik di World Wide Web. Standar-standar ini sengaja dibuat sederhana dan fleksibel, sehingga penulis dapat memberikan metadata sendiri.  Para Blogger biasanya menempatkan metadata ditempatkan dalam bagian HEAD pada HTML code dari suatu halaman web. The Dublin Core nama elemen yang didahului oleh DC
Bagi pengatalog tradisional” yang melaksanakan tugasnya berdasarkan standar-standar baku dan teruji seperti AACR, daftar-daftar tajuk subyek atau tesaurus, daftar pengendali untuk nama (name authority files), dan lain sebagainya, Dublin Core  sangat  memuaskan bagi Kelompok pakar yang menjadi pelopor dan pendukung yang berkarya terus lewat DCMI, menerima kritik terhadap skema Dublin Core, namun mereka mengingatkan bahwa Dublin Core punya tujuan (goals) tertentu, dan penilaian terhadap skema ini dan produknya (metadata) seharusnya dilakukan dengan memperhitungkan tujuan-tujuan ini. Tujuan Dublin Core ialah:
1.      Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali
2.      Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Menemukan informasi relevan di belantara internet sering terhambat oleh perbedaan dalam terminologi dan deskripsi antar bidang. Dublin Core membantu “turis digital” -- penelusur awam atau non-profesional – dengan menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah difahami. Unsur “creator” misalnya, dapat diterima dan dimengerti oleh ilmuwan, peneliti, maupun penggubah atau artis.
3.      Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai, Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesi. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group mengkoordinasikan upaya untuk menghubung-hubungkan versi-versi ini lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik
4.      Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan, kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan. Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core sesuai dengn kebutuhan yang timbul di lapangan. Komunitas lain menciptakan skema metadata yang cocok untuk kebutuhan komunitas mereka. Unsur-unsur metadata dari skema ini dapat digunakan berbarengan dengan metadata Dublin Core untuk menunjang interoperability.